Monday 28 November 2016

Kerja Kelompok Bikin Dummy Buku Foto: Sebuah Titik Berproses



Beberapa bulan sebelum digelar Kumpul Buku Foto Malang kemarin, saya sempat diminta oleh beberapa rekan di Malang untuk pulang kampung dan membuat semacam acara yang mengangkat tentang buku foto serta bentuk pengarsipan karya. Mereka menawarkan gagasan untuk mengadakan Kumpul Buku Foto lagi sebagai sarana berkumpul, bertukar pikiran, dan sedikit sharing tentang buku foto Indonesia yang rupanya sekarang sedang mekar-mekarnya. Saya berfikir bahwa format acara Kumpul Buku Foto jika setiap tahun hanya seperti itu maka akan bosan juga. Saya kemudian menawarkan beberapa kegiatan alternatif yang bisa dilakukan disamping hanya kumpul-kumpul dan tukar buku saja. Plan A, saya menawarkan acara ini bisa dilakukan dengan tambahan acara sharing tentang buku foto favorit dari para peserta atau siapa saja dan plan B, saya menawarkan konsep acara buku foto ditambah kegiatan workshop kecil-kecilan tentang bagaimana membuat dummy buku foto yang akan saya dampingi, tentu saja jika saya bisa pulang kampung ketika acara tersebut digelar. 

Jatuhlah tanggal 27 November 2016 yang dipilih untuk mengadakan Kumpul Buku Foto Malang 2016. Saya menyempatkan diri pulang ke kampung halaman selama dua hari untuk melaksanakan plan B, yaitu workshop membuat dummy buku foto dari mulai proses editing, sequencing, layout, hingga finishing yang diadakan pada tangal 26 November, sehari sebelum acara Kumpul Buku Foto Malang 2016 digelar. Para peserta akhirnya harus dipilih secara internal dengan melihat projek mereka yang sudah setengah matang dan siap dituangkan dalam lembar buku, sekaligus juga mempertimbangkan kemungkinan menyelesaikan dummy buku tersebut untuk bisa ditampilkan bersama dalam Kumpul Buku Foto Malang esok harinya. Dengan mempertimbangkan waktu, tenaga, dan kapasitas saya sebagai manusia yang masih membutuhkan makan, minum, dan istirahat, dan juga bersenang-senang sedikit, maka akhirnya diputuskanlah lima orang partisipan yaitu Amri Ali, Dyah Agustini,Galang Anugrah, Rizki Dwi Putra, dan Dani Artana, dengan catatan bahwa siapapun bisa datang dan menyimak proses pembuatan dummy buku foto yang dilakukan di kediaman Amri tersebut. 

Saya menyampaikan kepada mereka bahwa dalam kegiatan ini saya hanya mendampingi dan memfasilitasi ide dan gagasan mereka sehingga mereka kemudian harus mempersiapkan gambaran tentang foto dan bentuk projek masing-masing jauh hari sebelum worksop ini dimulai. Saya berfikir mungkin agak kejam untuk memaksa mereka bekerja sangat keras untuk membuat dummy buku foto mereka sampai selesai dalam bentuk fisik dalam waktu yang sangat singkat, namun ‘pemaksaan’ itu perlu dilakukan sehingga selanjutnya mereka bisa ‘memaksa’ diri mereka sendiri dalam meng-kongkretkan karyanya baik dalam bentuk buku foto atau bentuk apapun.

Kerja kelompok ini dimulai pukul 09.30 dengan sesi editing dan sequencing yang dibantu oleh mas Ichwan ‘Boljug’ Susanto dan Andi Brata. Kami bertiga saling membagi tugas dalam mendampingi para partisipan sementara saya mendampingi secara khusus masing-masing partisipan dalam proses layouting dan penyampaian gagasan dalam bentuk buku. Kami menempuh proses dan menghadapi berbagai macam problem yang berbeda dari mulai masalah keselarasan warna tiap-tiap foto, pengolahan ide dan gagasan, pengolahan bentuk buku termasuk ukuran, layout, dan lain-lain. Proses yang rumit ini tentu saja harus molor hingga tengah malam karena proses pembuatan buku memang sangat rumit meskipun hanya dummy-non-cetaknya saja. Tapi karena paksaan ‘egois’ saya yang ingin melihat para partisipan dengan fisik dummy-nya, akhirnya saya, tim workshop, dan para partisipan harus menyerah pada beberapa—bahkan banyak—kekurangan baik secara tematis maupun secara teknis yang memang harus ada sebagai catatan revisi untuk bentuk dummy-dummy buku selanjutnya dalam projek yang mereka kerjakan ini. Kami mengakhiri proses editing, sequancing, dan layout tepat beberapa menit sebelum tengah malam dengan kesadaran bahwa desain dummy tersebut masih menyimpan kekurangan (baca: potensi untuk diolah lebih lanjut). 

Esok paginya, dummy masing-masing partisipan dicetak dan kemudian memasuki proses finishing selain mereka juga harus mempersiapkan acara Kumpul Buku Foto. Pukul 01.00 ketika acara Kumpul Buku Foto Malang 2016 sudah digelar, kami masih sibuk memotong kertas, mengurutkan halaman, dan mem-binding dummy buku foto. Beberapa partisipan malah melakukan improvisasi dadakan pada desain covernya dengan menambahkan material kertas lain sebagai jacket. Saya melepaskan ide liar mereka, toh ini juga dummy buku foto pertama mereka. Beberapa ada yang cocok, beberapa bahkan sangat liar dan ngawur..hahahaha. Justru ketika mereka mau berfikir keras untuk improvisasi tersebut, apapun bentuknya, saya benar-benar bersemangat ketika melihat mereka bekerja dan berfikir keras,  meskipun saya juga tetap menanyakan serta menanggapi gagasan-gagasan tersebut.



Meskipun sangat molor dari jadwal yang seharusnya, akhirnya dummy buku foto para partisipan telah diselesaikan sekitar pukul 16.30. Sambil membuka acara sharing buku foto favorit, saya memberikan pengantar bahwa kemarin kami telah melakukan workshop kecil-kecilan membuat buku foto yang diikuti oleh lima partisipan dan hasilnya bisa dinikmati sore itu juga. Saya mengundang lima partisipan untuk maju dan mempresentasikan dummy bukunya, inilah mereka!

Amri A.R - Momento Mori

Galang Anugrah - Landscape Anomaly

Dyah Agustini - What Did the Sea Do to Me

Rizki Dwi Putra - N

Dani Artana - Sayonara

Pada akhirnya memang proses pembuatan dummy foto tersebut selesai dilakukan dengan sistem lembur dan menekan diri untuk terus bekerja. Namun, saya sadar bahwa membuat buku foto memang tidak semudah dan sesingkat itu sehingga di akhir workshop, saya harus mengingatkan pada partisipan bahwa membuat buku foto tidak se-instan dan semudah itu, banyak proses-proses dan pertimbangan lain yang harus diperhitungkan. Bentuk fisik yang mereka hasilkan saat ini hanyalah sebuah dummy buku, belum sebuah buku foto yang puncak. Saya menutup workshop ini dengan mengatakan bahwa projek buku tersebut masih sangat prematur, dalam artian bahwa projek tersebut harus dikembangkan dan diendapkan lebih lanjut agar lebih sempurna. Namun upaya yang kami lakukan bersama selama kurang lebih dua hari tersebut adalah upaya ‘memaksa’ diri untuk berproses meskipun sementara ini kami harus puas dengan dummy buku foto yang masih banyak kekurangan dan akan terus dikembangkan itu. Dummy-dummy buku foto tersebut adalah sebuah titik berproses yang paling tidak akan mengingatkan mereka tentang progress yang telah mereka kerjakan dan sebagai titik untuk bergerak lebih canggih lagi.

Sampai jumpa rekan-rekan, dua hari yang sibuk itu begitu menggairahkan bukan?



Di dalam kereta menuju Jogja,
28 November, 2016.


Furqan.