Monday 1 February 2016

"Galau Fotografi" di Akhir Januari



Minggu sore menjelang hujan itu kami ngrobrol kesana kemari, curhat, tentang fotografi, tentang apa saja. Sampai rintik hujan datang, lalu kemudian deras. Kami yang datang dari perkumpulan apa saja ini tetap ngobrol. Memang terasa tidak tuntas karena ngobrol cuma jadi obrolan, cuma jadi angan. Namun di satu titik kami yakin, kami punya PR banyak. Lalu, apa acara “Galau Fotografi” di akhir pekan ini menjadi obat galau? Tidak, kita cuma ngumpul, saling mengadu keluh kesah, masalah, dan gundah. Tapi setidaknya ngumpul kali ini kami bisa ngobrol dari hati ke hati (tentang fotografi tentunya).

Bagi saya fotografi adalah obat stress, pelampiasan, media ekspresi, bla bla bla…
Fotografi memberikan saya kepuasan
saya menyalurkan energi (negatif ataupun positif) melalui karya
awalnya sih karena trend… lama-lama serius juga
Fotografi itu tentang sudut pandang
Fotografi, passion, addiction, antara kenikmatan dan kebutuhan
saya senang berfotografi
saya pengen motret terus, entah kenapa
fotografi itu medium bercerita yang paling pas buat saya
karena fotografi saya terus penasaran
aku motret terus diapakno?
aku melihat dunia luar
fotografi itu pencarian, pencarian diri
dokumentasi diri dan dunia

Itulah beberapa ungkapan dari rekan-rekan yang hadir kemarin sore merespon pertanyaan tentang mengapa sih mereka berfotografi? Mengapa harus fotografi? Tidak banyak yang bisa menjawab pertanyaan ini dengan mudah, karena memang sedang dirudung galau. Untungnya tidak ada yang bertanya pada saya, karena saya sedang berpura-pura menjadi moderator. 
Banyak dari kami yang tidak menyadari perjumpaan dengan fotografi serta makna hari-hari yang telah kami jalani dengannya. Banyak dari kami yang menjalaninya tanpa arah, karena kepingin aja, padahal ndak tau kepinginnya kaya gimana. Banyak dari kami yang tidak tahu bahwa sesungguhnya ada komitmen-komitmen—sok serius—yang harus dipertimbangkan. Banyak hal tentunya, terutama ketika salah satu dari kami menjadi presiden yang memiliki rakyat-rakyat fotografi. Kami bimbang dalam jalan bercabang, terombang-ambing dalam ombak, Aduh! Kami galau! Kami tak tahu ini dunia macam apa.



Setelah obrolan tanpa arah, kami semakin kehilangan arah, tapi kami jadi tahu motivasi-motivasi rekan-rekan lain dalam berpraktik fotografi, kami jadi tahu pilihan-pilihan yang telah ditempuh dan mungkin bisa menjadi salah satu jalan kami. Saya pribadi pun senang, ketika beberapa orang yang belum saling kenal bisa ngobrol intens, dari hati ke hati, semua itu karena apa?
Fotografi
mungkin....

Tidak ada hasil apa-apa yang bisa saya tuliskan dari pertemuan kemarin. Kami pulang dalam gempuran hujan, teman-teman pulang dengan kegalauan baru dan pikiran-pikiran yang lebih njlimet daripada sebelumnya. Tapi kami sempat bertukar alamat, baik alamat telpon, watsap, instagram, dan saling tag foto sehingga jikalau kemudian kami mengalami kegundahan dan kesulitan kami saling siap memberi bantuan. Selanjutnya, kami mungkin pilek, kami lalu akan istirahat, makan yang baik dan benar.


Selamat menikmati kegalauan dan kegelisahanmu kawan
tanpa itu semua kalian gak berkarya!





teks&foto:furqan, andi, m1qbal